PENINGKATAN EFEKTIVITAS PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI SWASTA MELALUI KEPEMIMPINAN ADAPTIF INTEGRATIF
Dilingkungan organisasi pendidikan, khususnya perguruan tinggi, salah satu ukuran efektivitas organisasi ditunjukkan dengan adanya tingkat ketercapaian akreditasi. Suatu unit dan program studi yang telah terakreditasi dapat diartikan mampu mencapai tujuannya karena untuk mendapatkan nilai “baik” harus mencapai nilai/skor tertentu. Pada pengukuran efektivitas organisas Perguruan Tinggi berbasis komponen akreditasi menggambarkan kemampuan lembaga mencapai kualitas sistem pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pencapaian skor/ nilai akreditasi “A” menuntut kekuatan dan komitmen semua unsur yang ada di dalam unit satuan program studi.
Kepemimpinan
merupakan proses penggunaan pengaruh tanpa paksaan untuk membentuk
tujuan-tujuan kelompok atau organisasi. Kepemimpinan merupakan hubungan dinamis
yang didasarkan pada pengaruh timbal balik antara pemimpin dan pengikut yang
menghasilkan tingkat motivasi yang lebih tinggi (Mc Laurin & Al Amri,
2008).
ISI JURNAL
Penelitian
Patillo (2009) menjelaskan, bahwa otonomi tugas merupakan kebebasan
mengembangkan pola dan strategi dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan.
Kebebasan dalam menyelesaikan tugas berarti seorang karyawan diberikan keluasan
sesuai daya kreativitas dan inovasinya. Tingginya program studi yang telah
terakreditasi tersebut ternyata belum menjamin homogenitas persepsi antara
ketua program studi atau jurusan dan dosen. Unsur pimpinan program studi/
jurusan dan dosen. Kesenjangan kualitas dapat terjadi sebagai akibat variasi
program studi. Artinya, tiap-tiap perguruan tinggi memiliki karakteristik dalam
mengembangkan program studinya yang pada akhirnya berdampak pada nilai
akreditasi, sementara nilai akreditasi dipergunakan oleh stakeholder sebagai
salah satu syarat untuk menilai kualitas lulusan.
Untuk
mencapai nilai tinggi, suatu unit program studi harus didukung sumber daya yang
memadai. Apa saja yang mempengaruhi suatu unit program studi supaya mencapai
nilai tinggi, yaitu :
1.
Kepemimpinan
Kepemimpinan
merupakan proses penggunaan pengaruh tanpa paksaan untuk membentuk
tujuan-tujuan kelompok atau organisasi. Bukan hanya itu, pemimpin yang berhasil
memiliki pola kepemimpinan yang sesuai dengan keinginan dan tuntutan anggota
organisasi, hal ini akan mampu meningkatkan kinerja individu dan organisasi.
Pola/ gaya kepemimpinan yang bagus yang dimiliki oleh seorang pemimpin tentu
akan berpengaruh dalam timbal balik antara pemimpin dan pengikut yang
menghasilkan tingkat motivasi yang lebih tinggi.
2.
Kerjasama Tim
Kerjasama antara pimpinan dengan anggota yang lain harus baik dan
kompak sehingga kerjasama yang diharaplan dapat memperoleh suatu tujuan yang
baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pemahaman tentang pentingnya
kerjasama sebagai salah satu indikator yang kuat dalam menentukan seberapa
efektifnya komunikasi yang dapat dibangun untuk mendapatkan dukungan dari
masing-masing anggota.
3.
Komitmen yang efektif
Tujuan
organisasi akan tercapai jika masing-masing anggota memiliki komitmen untuk
bekerja dan berprestasi dalam organisasi tersebut. Dalam suatu organisasi dalam
Perguruan Tinggi karyawan dengan
komitmen afektif tinggi mungkin akan setia dan sangat melekat pada organisasi,
sehingga mengurangi kemungkinan pergantian tenaga kerja tinggi.
4.
Kepuasan kerja
Kepuasan
merupakan sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja
adalah sikap umum karyawan terhadap pekerjaannya dan secara langsung mengikat
pada kebutuhan individu termasuk pekerjaan yang menantang, penghargaan yang
adil, lingkungan kerja dan teman sejawat yang mendukung.
Berdasarkan
research gap dan fenomena manajemen, maka permasalahan penelitian yang
diajukan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peran pemimpin dalam proses
resolusi konflik substantif serta implikasinya terhadap kerjasama tim, komitmen
afektif, kepuasan kerja dan efektivitas organisasi?”
Penelitian ini
memiliki kegunaan praktis sebagai berikut:
1)
Pengujian
secara empiris dengan mengintegrasikan berbagai faktor personal dan
organisasional diharapkan memberikan wacana bagi praktik-praktik organisasi
pendidikan di tingkat perguruan tinggi swasta,
2)
Memberikan
kontribusi pemikiran bagi para pimpinan, khususnya di pendidikan tinggi, yang
menekankan bahwa gaya kepemimpinan adaptif integratif dalam membangun konflik
substantif dan fungsional merupakan pilihan sebagai pertimbangan untuk
meningkatkan kepuasan kerja, komitmen dan efektivitas organisasi.
Heifetz (2004) merumuskan konsep dan pendekatan kepemimpinan
adaptif melalui identifikasi seperangkat kriteria yang diberikan untuk
mempertahankan otoritas pemimpin dalam situasi adaptif. Kepemimpinan adaptif
tidak berpretensi bahwa seseorang harus memberikan jawaban atau memiliki visi
yang telah ditentukan hasilnya. Pemimpin yang adaptif selalu berusaha mengenali
peluang dan tantangan yang dipadukan dengan kekuatan internal. Pendekatan dalam
memahami hubungan antara pimpinan dan bawahan memunculkan model kepemimpinan
transaksional, transformasional dan karismatik. Pemimpin transaksional membantu
anggota organisasi untuk mengidentifikasi perilaku agar mencapai hasil yang
lebih berkualitas (Masi & Cooke, 2000). Kepemimpinan transformasional
berusaha memotivasi karyawan untuk bekerja mencapai tujuan bukan hanya untuk
kepentingan pribadi jangka pendek, tetapi untuk mencapai prestasi dan
aktualisasi diri (McLaurin & Al Amri, 2008). Tipe kepemimpinan karismatik
berusaha mewujudkan atmosfer motivasi atas dasar komitmen dan identitas
emosional pada visi, filosofi, dan gaya pimpinan dalam diri bawahannya
(McLaurin & Al Amri, 2008). Hubungan antara kepemimpinan transaksional dan
transformasional memunculkan gaya kepemimpinan adaptif (Bass, 2003; Van Slyke
& Alexander, 2006).
Efektivitas
organisasi diukur dari tingkat ketercapaian tujuan. Efektivitas organisasi
terdiri dari individu dan kelompok, karena itu efektivitas organisasi terdiri
dari efektivitas individu dan kelompok (Kok-Yee Ng, 2008). Namun demikian,
efektivitas organisasi adalah lebih banyak dari jumlah efektivitas individu dan
kelompok, sehingga organisasi dapat efektif jika mampu mendapatkan hasil karya
yang lebih tinggi tingkatannya dari pada jumlah hasil karya setiap bagiannya.
Cameron (1978)
mengembangkan model penilaian efektivitas organisasi untuk
institusi
pendidikan tinggi di Amerika Serikat. Model ini memperkenalkan sembilan dimensi
efektivitas organisasi, yaitu: (a) kepuasan pendidikan mahasiswa; (b)
pengembangan akademik mahasiswa; (c) pengembangan karier mahasiswa; (d)
pengembangan personal mahasiswa; (e) kepuasan karyawan administrasi fakultas;
(f) kualitas dan pengembangan profesional fakultas, (g) keterbukaan sistem dan
interaksi komunitas; (h) kemampuan untuk memperoleh sumber daya dan (i)
kesehatan organisasi. Implementasi dari dimensi tersebut sangat bervariasi
sesuai deng-an karakteristik penelitian.
Dimensi
Efektivitas Organisasi Institusi Pendidikan
No
|
Dimensi
|
Indikator/Item
|
1.
|
Kepuasan
pendidikan mahasiswa
|
1.
Mahasiswa
menikmati kehidupan di kampus
2.
Mahasiswa
memelihara hubungan baik dengan fakultas
3.
Mahasiswa
memiliki kepuasan yang tinggi dengan program studi
4.
Rata-rata
mahasiswa drop out tinggi
|
2.
|
Pengembangan
akademik
mahasiswa
|
1.
Mahasiswa
mencapai prestasi akademik yang tinggi
2.
Mahasiswa
hanya ingin mencapai kualifikasi akademik, bukan untuk memperoleh pengetahuan
3.
Mahasiswa
sebagai pelajar mandiri
|
3.
|
Pengembangan
karier
mahasiswa
|
1.
Lulusan
dengan mudah mendapatkan pekerjaan setelah mereka lulus
2.
Bekerja
sesuai dengan bidang yang mereka pelajari
3.
Sangat
direkomendasikan oleh pemberi kerja
4.
Mempunyai
gaji yang memadai dibandingkan sesama lulusan dengan jurusan yang sama di
universitas lain
|
4.
|
Pengembangan personal
mahasiswa
|
1.
Mahasiswa
sangat memperhatikan kepentingan umum
2.
Aktif
dalam kegiatan ekstrakurikuler
3.
Menghormati
dosen
|
5.
|
Kepuasan
dosen
|
1.
Dosen
merasa senang dalam mengajar
2.
Dosen
senang melakukan penelitian
3.
Puas
dengan lingkungan kerja
4.
Universitas
saya merupakan pemberi kerja yang baik
5.
Universitas
saya berada dalam rangking tertinggi dalam penelitian dan publikasi
dibandingkan dengan universitas lain di wilayah dan bidang yang sama
|
6.
|
Pengembangan
profesional dan kualitas fakultas
|
1.
Dosen
mempunyai kualifikasi terbaik dibandingkan dengan universitas lain diwilayah
yang sama
2.
Dosen
dipacu dengan penghargaan yang tinggi dalam lingkungan akademik
3.
Universitas
saya mendorong dan mendukung pengembangan dosen
|
7.
|
Keterbukaan
sistem dan interaksi komunitas
|
1.
Dosen
aktif dalam berbagai pengabdian pada masyarakat
2.
Menekankan
pada kebutuhan pemberi kerja
3.
Dosen
menikmati reputasi yang bagus dari masyarakat
4.
Menjaga
hubungan baik dengan industri atau institusi pendidikan tinggi yang lain
|
8.
|
Kemampuan
untuk
memperoleh
sumber
daya
|
1.
Dapat
menarik mahasiswa terbaik untuk mendaftar
2.
Dapat
menarik dan mempertahankan staff yang mempunyai kualitas bagus
3.
Mampu
bekerjasama dengan universitas yang lain dalam memperoleh dana penelitian
4.
Mampu
bekerjasama dengan universitas lain untuk memperoleh sponsor dari Industri
|
Sumber: Kwan
dan Walker (2004)
Kesimpulan
Penelitian
ini dilaksanakan dengan maksud untuk melakukan pengujian terhadap variabel-variabel
yang mempengaruhi gaya kepemimpinan adaptif integratif, kerjasama tim, komitmen
afektif dan kepuasan kerja serta im-plikasinya terhadap efektivitas organisasi
pada program studi/jurusan Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta.
Berdasarkan
hipotesis-hipotesis yang telah dikembangkan dalam penelitian ini, maka masalah
penelitian yang telah diajukan dapat dijustifikasi melalui Structural
Equation Modeling, dapat ditentukan, bahwa hubungan antara variabel-variabel
yang mempengaruhi dan dipengaruhi dan pada akhirnya sampai pada variabel efektivitas
organisasi dari enam konstruk yang diajukan dan didukung secara empirik adalah
(1) Resolusi Kolaboratif, (2) Kerjasama Tim, (3) Kepemimpinan Adaptif Integratif,
(4) Otonomi Tugas, (5) Komitmen Afektif dan (6) Kepuasan Kerja.
Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
Kelebihan :
Kelebihan dalam jurnal ini sudah cukup baik dalam membahas
masalah-masalah keefektifitan dalam suatu organisasi yang mana keefektifan
tersebut merupakan suatu tolak ukur apakah ketercapaian suatu organisasi itu
berhasil atau tidak. Jadi ketercapaian
suatu organisasi yang baik itu menentukan keefektifan organisasi.
Kekurangan :
Penelitian empiris ini belum
mampu menjelaskan pengaruh otonomi tugas terhadap komitmen afektif
melalui gaya kepemimpinan adaptif integratif.
Dalam jurnal ini juga belum begitu jelas maksud dan penjabaran
lebih rinci mengenai suatu keefektifan organisasi. Jurnal ini kurang terfokus
pada pembahasan dan penelitianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar